DI JUAL Kios Lantai 3 Blok H-9 No. 3-5 Pusat Grosir Surabaya. Harga Rp. 1.100.000.000,- danLantai 3 Blok G-9 No. 5-9 Pusat Grosir Surabaya. Harga Rp. 1.200.000.000,- Hubungi Ully 082131460201.

RUNTUHNYA NEGARA


Ketika Negara mati, ia mati sendiri.
Tidak tewas oleh musuh. Bukan oleh lawan di luar sana. Tidak pula karena habis umur masa berlaku.
Ia tamat karena diri sendiri.
Dari sisi dalam.
Dihabisi.
Sedang algojonya adalah, pembangkangan dan penyakit birokrasi.
Tata Dunia Baru, PBB dan perangkat instrumen hukum internasional, tidak memberi ruang bagi negara untuk mengakuisisi negara lain. Pun jika itu dilakukan oleh sang Super Power.

Jadi musuh sejati bukan negara di luar sana. Jika ada negara ambruk, tentu lebih karena faktor pembangkangan dari dalam. Oleh berbagai ketidakpuasan.
Tusukan-tusukan pemberontak: Sparatis berkali-kali.

Kalau tidak, pastilah oleh sistem politik bernegara yang majal. Partai politik yang buntu dari ideologi massa. Tak ubahnya sebuah gerobak sampah. Tempat onggokan oligarki bercokol. Di mana garis perjuangan dirampok, untuk diganti dan dijejalkan padanya, pragmatisme sesaat. Cara licik selundupkan kaki tangan. Dan pada ujungnya adalah, lahirnya anggota parlemen salon, yang terdiri dari gerombolan bandit berjubah legeslatif.
Di situ menyelinaplah kepentingan Klik.

Praktis, Aspirasi menjadi macet.
Suara konstituen mampet!

Setelah semua itu: Apatisme menyeruak di sana sini. Ketakacuhan massal terjadi. Setiap orang mencari hidup sendiri sendiri. Saling tidak peduli. Negara benar-benar telah dicerai. Golput berjaya kibarkan panji.

Rantai efek dari genangan manusia a politic ini tentu saja terbentangnya jalan lenggang bagi para idiot berwatak Despotis memegang tampuk.
Berlangsunglah pembusukan secara perlahan. Akhirnya pembangkangan pemimpin terhadap konstitusi direstui. Pengingkaran polisi atas hukum sendiri, tak berani dilerai. Korupsi birokrasi rutin terjadi. Sangat bernyali, sehari-hari.

Semuanya dipahami. Segalanya ditoleransi. Stempel kebenaran dicari. Kesalahan, pun juga dosa dicuci dengan regulasi. Legitimasi!
Tanpa seorangpun menangisi.

Negara tamat, lebih karena serangan penyakit: parasit partai politik, birokrasi korup, hukum tumpul, pers yang permisive, dan nilai moral yang bangkrut.
Patologi Sistemik, menular.
Kronis. Seperti TBC, meruyak, menggerogoti.
Merayap pelan.
Sekarat. Kemudian terbatuk untuk terakhir kali.
Lantas selamanya, pergi..

Barangkali, Indonesia adalah si sakit itu.
Sebuah negeri yang sedang merangkak di lorong kengerian.
Dalam perjalanan menuju ajal.

Mungkin karena konstitusi telah menjadi seperti deretan teks mati. Pada pigora sebuah museum sepi.

Dan kita bersama-sama tanpa nurani, ikut menikamnya: bertubi-tubi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

For yout correction, write your comment in here. Thank you.
(Tulislah komentar anda di sini untuk perbaikan. Terima kasih)

DAPATKAN EBOOK DENGAN GRATIS DI www.teleshoping.com