"Leadership
is the relationship in which one person, or the leader, influences others to
work together willingly on related tasks to attain that which the leader
desires "
(Kepemimpinan
adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi
orang-orang lain untuk bekerja sarna secara sadar dalam hubungan tugas untuk
mencapai yang diiginkan pemimpin).
Pengertian Kepemimpinan
Makna kata "
kepemimpinan " erat kaitannya dengan makna kata "memimpin". Kata
memimpin mengandung makna yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang
ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan dalam bahasa Inggris biasa
disebut leadership. Beberapa definisi tentang kepemimpinan dikemukakan oleh
George R. Terry (1971:458):
"Leadership
is the relationship in which one person, or the leader, influences others to
work together willingly on related tasks to attain that which the leader
desires "
(Kepemimpinan
adalah hubungan yang ada dalam diri orang seorang atau pemimpin, mempengaruhi
orang-orang lain untuk bekerja sarna secara sadar dalam hubungan tugas untuk
mencapai yang diiginkan pemimpin).
James L.Gibson,
(1988:334), kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan
paksaan (concoersive) untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu.
Menurut Wahjosumidjo (1996:349), dalam praktek organisasi, kata " memimpin
" mengandung konotasi menggerak
kan,mengarahkan,membimbing,melindungi,membina, memberikan teladan, memberikan
dorongan, memberi kan bantuan, dan sebagainya. Betapa banyak variabel arti yang
terkandung dalam kata memimpin, memberikan indikasi betapa luas tugas dan peranan
seorang pemimpin organisasi.
Dari definisi
kepemimpinan yang berbeda-beda tersebut, pada dasarnya mengandung kesaman
asumsi yang bersifat umum seperti: (1) di dalam satu fenomena kelompok
melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih, (2) di dalam melibatkan
proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang sengaja (intentional influence)
digunakan oleh pemimpin terhadap bawahan. Disamping kesamaan asumsi yang umum,
di dalam definisi tersebut juga memiliki perbedaan yang bersifat umum pula
seperti: (1) siapa yang mempergunakan pengaruh, (2) tujuan daripada usaha untuk
mempengaruhi, dan (3) cara pengaruh itu digunakan. Berdasarkan uraian tentang
definisi kepemimpinan di atas, terlihat bahwa unsur kunci kepemimpinan adalah
pengaruh yang dimiliki seseorang dan pada gilirannya akibat pengaruh itu bagi
orang yang hendak dipengaruhi. Peranan penting dalam kepemimpinan.adalah upaya
seseorang yang memainkan peran sebagai pemimpin guna mempengaruhi orang lain
dalam organisasi/lembaga tertentu untuk mencapai tujuan.
Bertolak dari pengertian
kepemimpinan tersebut, terdapat tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu unsur
manusia, sarana, dan tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut
secara seimbang, seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan
yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pengetahuan dan
keterampilan ini dapat diperoleh dari pengalaman belajar secara teori ataupun
dari pengalamannya dalam praktek selama menjadi pemimpin. Namun secara tidak
disadari seorang pemimpin dalam memperlakukan kepemimpinannya menurut caranya
sendiri, dan cara-cara yang digunakan itu merupakan pencerminan dari
sifat-sifat dasar kepemimpinannya.
Dari beberapa difinisi
tersebut dapat ditarik kesimpulan: (1) kepemimpinan itu mengacu pada suatu
proses yang menggerakkan seseorang atau kelompok untuk melakukan sesuatu secara
sukarela; (2) Kepemimpinan merupakan suatu sikap atau perilaku seseorang yang
mampu menggerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu; (3) kepemimpinan itu
merupakan suatu nilai lebih yang dipunyai oleh seseorang yang selanjutnya
disebut sebagai pemimpin; (4) kepemimpinan itu berkaitan dengan upaya seseorang
untuk mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan. Dalam konteks penelitian ini
kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan kepala bagian tatausaha yang
memimpin langsung pegawai tatausaha dalam melaksanakan kegiatan administrasi di
sekolah. Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kepemimpinan kepala bagian
tatausaha adalah cara. atau usaha kepala bagian tatausaha dalam. mempengaruhi,
mendorong, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan para pegawai tatausaha
untuk bekerja, berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk
memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan.” Nanang Fattah (1996;88) Dalam kegiatan
nya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi
bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap
pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang
jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil
yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama
di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk
mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para
pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi
juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga
terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan
bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa
pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalan kan kepemimpinannya,
kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin
dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Slamet (2002: 29) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan,
proses, atau fungsi pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat
sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya dikemukakan oleh
Slamet (2002: 30) bahwa kepemimpinan penting dalam kehidupan bersama dan
kepemimpinan itu hanya melekat pada orang dan kepemimpinan itu harus mengena
kepada orang yang dipimpinnya. Hal ini berarti harus diakui secara timbal
balik,misalnya sasaran yang dipimpin harus mengakui bahwa orang tersebut adalah
pemimpinnya. Hubungan pemimpin dengan anggota berkaitan dengan derajat kualitas
emosi dari hubungan tersebut, yang mencakup tingkat keakraban dan penerimaan
anggota terhadap pemimpinnya.
Semakin yakin dan percaya anggota kepada pemimpinnya, semakin efektif
kelompok dalam mencapai tujuannya. Dalam hubungan pemimpin dengan anggotanya
perlu diperhatikan antisipasi kepuasan anggota dan harus dipadukan dengan
tujuan kelompok, motivasi anggota dipertahankan tinggi, kematangan anggota
dalam pengambilan keputusan dan adanya tekat yang kuat dalam mencapai tujuan (
Slamet 2002: 32). Faktor-faktor penting yang terdapat dalam pengertian
kepemimpinan: (1) pendayagunaan pengaruh, (2) hubungan antar manusia, (3)
proses komunikasi dan (4) pencapaian suatu tujuan. Kepemimpinan tergantung pada
kuatnya pengaruh yang diberi serta intensitas hubungan antara pemimpin dengan
pengikut (Ginting 1999: 21)
Fungsi Kepemimpinan
Wahjosumidjo (1996:349),
mengemukakan fungsi-fungsi kepemimpinan yaitu: membangkitkan kepercayaan dan
loyalitas bawahan, mengkomunikasi kan gagasan kepada orang lain, dengan
berbagai cara mempengaruhi orang lain, menciptakan perubahan secara efektif di
dalam penampilan kelompok, dan menggerakkan orang lain, sehingga secara sadar
orang lain tersebut mau melakukan apa yang dikehendaki.
Seorang pemimpin harus
dapat melakukan sesuatu bagi anggotanya sesuai dengan jenis kelompok yang
dipimpinnya. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemimpin untuk dapat
mendinamiskan kelompok yaitu: (1) mengidentifikasi dan dan menganalisis
kelompok beserta tujuannya, (2) membangun struktur kelompok, (3) inisiatif, (4)
usaha pencapaian tujuan, (5) mempermudah komunikasi dalam kelompok, (6)
mempersatukan anggota kelompok, dan (6) mengimplementasikan filosofi. (Slamet ,
2002: 34).
Robinson dalam (Ginting
1999: 26-27) Para ahli mengemukakan bahwa peranan yang perlu ditampilkan
pemimpin adalah: (1) mencetuskan ide atau sebagai seorang kepala, (2) memberi
informasi, (3) sebagai seorang perencana, (4) memberi sugesti,(5) mengaktifkan
anggota, (6) mengawasi kegiatan, (7) memberi semangat untuk mencapai tujuan,
(8) sebagai katalisator, (9) mewakili kelompok, (10) memberi tanggung jawab,
(11) menciptakan rasa aman dan (12) sebagai ahli dalam bidang yang dipimpinnya.
Sebagai pemimpin kelompok, seseorang harus berperan mendorong anggota
beraktivitas sambil memberi sugesti dan semangat agar tujuan dapat tercapai.
Segala masukan yang datang dari luar, baik berupa ide atau gagasan,
tekanantekanan, maupun berupa materi, semuanya harus diproses di bawah
koordinasi pemimpin. Untuk ini, pemimpin perlu berperan:
(1)
sebagai penggerak
(aktivator),
(2)
sebagai pengawas,
(3)
sebagai martir,
(4)
sebagai pemberi
semangat/kegembiraan, dan
(5)
sebagai pemberi tanggung
jawab kepada anggota.
Menurut Covey dalam (Kris
Yuliani H 2002: 6) ada tiga peranan pemimpin dalam kelompok/ organisasi antara
lain 1. Pathfinding (pencarian alur), mengandung sistem nilai dan visi dengan
kebutuhan pelanggan melalui suatu perencanaan strategis yang disebut the
strategic pathway (jalur strategi). 2. Aligning (penyelarasan), upaya memastikan
bahwa struktur, sistem dan operasional organisasi memberi dukungan pada
pencapaian visi dan misi dalam memenuhi kebutuhan - pelanggan dan pemegang
saham lain yang terlibat. 3. Empowerment (pemberdayaan), suatu semangat yang
digerakkan dalam diri orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan dan
kreativitas laten, untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan
prinsip-prinsip yang disepakati untuk mencapai nilai, visi dan misi bersama
dalam melayani kebutuhan pelanggan dan pemegang saham lain yang terlibat.
Peranan pemimpin kelompok
yang sangat perlu dilaksanakan oleh seorang pemimpin kelompok yaitu: (1)
Membantu kelompok dalam mencapai tujuannya: (2) Memungkinkan para anggota
memenuhi kebutuhan : (3) Mewujudkan nilai kelompok : (4) Merupakan pilihan para
anggota kelompok untuk mewakili pendapat mereka dalam interaksi dengan pemimpin
kelompok lain : (5) Merupakan seorang fasilitator yang dapat menyelesaikan
konflik kelompok (Sulaksana 2002: 7).
Menurut Sondang (1999:
47-48), lima fungsi kepemimpinan yang dibahas secara singkat adalah sebagai
berikut: (1) pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha
pencapaian tujuan, (2) wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan
pihak-pihak di luar organisasi, (3) pimpinan selaku komunikator yang efektif,
(4) mediator yang handal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam
menangani situasi konflik, (5) pimpinan selaku integrator yang efektif,
rasional, objektif dan netral.
Syarat-Syarat Menjadi Pemimpin
Kunci keberhasilan suatu
organisasi pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan
pemimpinnya, dalam hal ini kepala bagian tatausaha. Kepala bagian tatausaha
dituntut memiliki persyaratan kualitas kepemimpinan yang kuat, sebab
keberhasilan sekolah hanya dapat dicapai melalui kepemimpinan kepala bagian
tatausaha yang berkualitas. Kepala bagian tata usaha yang berkualitas yaitu
kepala bagian tata usaha yang memiliki kemampuan dasar, kualifikasi pribadi,
serta pengetahuan dan keterampilan profesional. Menurut Tracey (1974:53-55),
keahlian atau kemampuan dasar, yaitu sekelompok kemampuan yang harus dimiliki
oleh tingkat pemimpin apapun, yang mencakup: conceptual skills, human skill dan
technical skills. Berikut uraian kemampuan dasar yang dikemukakan oleh Tracey:
1. Technical skills, yaitu: kecakapan spesifik tentang proses, prosedur atau
teknik-teknik, atau merupakan kecakapan khusus dalam menganalisis hal-hal
khusus dan penggunaan fasilitas, peralatan, serta teknik pengetahuan yang
spesifik.
2. Human skills, yaitu: kecakapan pemimpin untuk bekerja secara efektif
sebagai anggota kelompok dan untuk menciptakan usaha kerjasama di lingkungan
kelompok yang dipimpinnya.
3. Conceptual skills, yaitu kemampuan seorang pemimpin melihat organisasi
sebagai satu keseluruhan.
Menurut
Suradinata (1979:75) mengemukakan, seorang pemimpin harus pula memiliki
pengetahuan dan keterampilan profesional.Pengetahuan profesional meliputi: (1)
pengetahuan terhadap tugas, dimana seorang pemimpin atau kepala sekolah harus
mampu secara menyeluruh mengetahui banyak tentang lingkungan organisasi atau
sekolah dimqna organisasi tersebut berada, (2) seorang pemimpin harus memahami
hubungan kerja antar berbagai unit, pendelegasian wewenang, sikap bawahan,
serta bakat dan kekurangan dari bawahan, (3) seorang pemimpin harus tahu
wawasan organisasi dan kebijaksanaan khusus, perundangundangan dan prosedur,
(4) seorang pemimpin harus memiliki satu perasaan rill untuk semangat dan
suasana aktivitas diri orang lain dan staf yang harus dihadapi, (5) seorang pemimpin
harus mengetahui layout secara fisik bangunan, kondisi operasional, berbagai
macam keganjilan dan problema yang biasa terjadi, dan (6) seorang pemimpin
harus mengetahui pelayanan yang tersedia untuk dirinya dan bawahan, serta
kontrol yang dipakai oleh manajemen tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan
keterampilan profesional, meliputi: (1) mampu berfungsi sebagai
seorang pendidik, (2) mampu
menampilkan analisis tinggi untuk mengumpulkan, mencatat dan mengurai kan tugas
pekerjaan, (3) mampu mengembangkan sylabus rangkaian mata pelajaran dan
program-program pengajaran, (4) mampu menjadi mahkota dari berbagai macam
teknik mengajar, (5) mampu merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam
pendidikan dan mempergunakan temuan riset, (6)mampu mengadakan supervisi dan
evaluasi pengajaran, fasilitas, kelengkapan, dan materi pelajaran, (7)
mengetahui kejadian di luar sekolah yang berhubungan dengan paket dan pelayanan
pendidikan, dan (8) mampu menjadi pemimpin yang baik dan komunikator yang
efektif
Berkaitan dengan uraian
di atas, Suradinata menyatakan bahwa pemimpin suatu organisasi yang sukses
harus memiliki beberapa syarat yaitu: (1) mempunyai kecerdasan yang lebih,
untuk memikirkan dan memecahkan setiap persoalan yang timbul dengan tepat dan
bijaksana, (2) mempunyai emosi yang stabil, tidak mudah diombang ambing oleh
suasana yang yang berganti, dan dapat memisahkan persoalan pribadi, rumah
tangga, dan organisasi, (3) mempunyai keahlian dalam menghadapi manusia serta
bisa membuat bawahan menjadi senang dan merasa puas, (4) mempunyai keahlian
untuk mengorganisir dan menggerakkan bawahannya dengan kebijaksanaan dalam
mewujud kan tujuan organisasi, umpamanya tahapan bila dan kepada siapa tanggung
jawab dan wewenang akan diserahkan, dan (5) kondisi fisik yang sehat dan kuat.
Gaya Kepemimpinan
Seorang pemimpin dapat
melakukan berbagai cara dalam kegiatan mempengaruhi atau memberi motivasi orang
lain atau bawahan agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah terhadap
pencapaian tujuan organisasi. Cara ini mencerminkan sikap dan pandangan
pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya, dan merupakan gambaran gaya
kepemimpinannya.
Menurut Purwanto (1997:48), gaya
kepemimpinan adalah suatu cara atau teknik seseorang dalam menjalankan suatu
kepemimpinan. Selanjutnya dikemukakan bahwa gaya kepemimpinan dapat pula
diartikan sebagai norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang
tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam
hal ini usaha menselaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi
perilaku dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. Kepala
bagian tatausaha dalam melakukan tugas kepemimpinannya mempunyai karakteristik
dan gaya kepemimpinan untuk mencapai tujuan yang diharapkannya. Sebagai seorang
pemimpin, kepala bagian tatausaha mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak
dan kebiasaan sendiri yang khas, sehingga dengan tingkah laku dan gayanya
sendiri yang membedakan dirinya dengan orang
lain. Gaya atau tipe hidupnya ini pasti akan mewarnai perilaku dan tipe
kepemimpinannya.
Wahjosumidjo
(1996:449-450) mengemukakan empat pola perilaku kepemimpinan yang lazim disebut
gaya kepemimpinan yaitu perilaku instruktif, konsultatif, partisipatif, dan
delegatif Perilaku kepemimpinan tersebut masing-masing memiliki ciri-ciri
pokok, yaitu:
(1)
perilaku instruktif,
komunikasi satu arah, pimpinan membatasi peranan bawahan, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab pemimpin, pelaksanaan pekerjaan
diawasi dengan ketat,
(2)
perilaku konsultatif.,
pemimpin masih memberikan instruksi yang cukup besar serta menentukan
keputusan, telah diharapkan komunikasi dua arah dan memberikan supportif
terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar keluhan dan perasaan bawahan tentang
pengambilan keputusan, bantuan terhadap bawahan ditingkatkan tetapi pelaksanaan
keputusan tetap pada pemimpin,
(3)
perilaku partisipatif;
kontrol atas pemecahan masalah dan pengambilan keputusan antara pimpinan dan
bawahan seimbang, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah
dan pengarnbilan keputusan, komunikasi dua arah makin meningkat, pemimpin makin
mendengarkan secara intensif terhadap bawahannya, keikut- sertaan bawahan
dalarn pemecahan dan pengarnbilan keputusan makin bertambah,
(4)
perilaku delegatif,
pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan bawahan dan selanjutnya
mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya.
Robert House dengan teori
disebut The Path goal theory dalam Abi Sujak (1996:100) mengemukakan pada teori
"pengharapan" dalam motivasi yang mengatakan bahwa orang akan
termotivasi oleh dua harapan berupa kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas
dan rasa percayanya bahwa jika pegawai tersebut dapat mengerjakan tugas dengan
baik akan memperoleh hadiah yang berharga bagi dirinya. Menurut House, bila
pemimpin memberi dorongan yang lebih besar terhadap pemenuhan harapan tersebut,
maka semakin besar pula prestasi yang akan diperoleh para pegawainya. House
mengemukakan empat gaya kepemimpinan yang menjadi perilaku seorang pemimpin
yaitu : 1) kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi, 2) kepemimpinan
direktif, 3) kepemimpinan partisipatif, 4) kepemimpinan suportif. Implikasi
manajerial terhadap gaya-gaya tersebut adalah :
1. Gaya suportif efektif diterapkan ketika bawahan sedang melaksanakan tugas
tugas rutin dan tugas yang sederhana, juga efektif digunakan ketika pegawai
menghadapi tugas-tugas yang sulit dikerjakan, melalui pemberian dorongan
semangat dan penanaman rasa percaya diri.
2. Gaya direktif, efektif diterapkan ketika bawahan menghadapi tugas yang tidak
rutin dan bersifat kompleks.Dengan menerapkan gaya ini, pemimpin dapat mengurangi ambivalensi terhadap tugas-tugas
yang sedang dihadapi pegawainya. Melalui perintah berupa petunjuk kerja, akan
dapat membantu para pegawai mencapai tujuan yang menjadi tuntutan penyelesaian
tugas-tugas yang ada padanya.
3. Gaya partisipatif, efektif digunakan ketika pemimpin membutuhkan informasi
yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan, maupun pada saat para
bawahan menghadapi tugas-tugas yang tidak rutin dan bersifat rutin.
4. Gaya yang berorientasi pada prestasi, efektif digunakan ketika bawahan
tinggal menerima paket kerja, dan bawahan bersifat reseptif terhadap
keputusan-keputusan yang datang dari atas ke bawah, serta tidak diikutsertakan
dalam penentuan kegiatan.
Dengan teori yang
dikemukakan oleh Robert House ini bahwa antara pemimpin dengan bawahan dituntut
komunikasi yang efektif, berupa dorongan dari pemimpin kepada pegawainya dalam
mempertemukan antara tugas-tugas yang akan dikerjakan bawahan dengan harapan-harapan
yang ada pada pemimpin. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan kepala bagian tatausaha merupakan kemampuan dari seorang kepala
bagian tatausaha dalam mem pengaruhi dan menggerakkan bawahan dalam suatu
organisasi atau lembaga sekolah guna tercapainya tujuan sekolah. Fungsi dari
kepemimpinan secara garis besar yaitu mempengaruhi dan menggerakkan orang lain
dalam suatu. organisasi agar mau melakukan apa yang dikehendaki seorang
pemimpin guna tercapainya tujuan. Sedangkan syarat seorang pemimpin yaitu harus
memiliki kemampuan dasar berupa technical skills, human skil, dan conceptual
skill, serta pengetahuan dan keterampilan profesional. Sementara itu empat pola
perilaku kepemimpinan yang lazim disebut gaya kepemim- pinan meliputi perilaku
instruktif, konsultatif, dan partisipatif, dan delegatif serta kepemimpinan
yang berorientasi pada prestasi, kepemimpinan direktif, kepemimpinan
partisipatif, kepemimpinan suportif.
Dalam
setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya
terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya,
hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya
membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan
ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi.
Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh
pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu
kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi
baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter
biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut
peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus
ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang
demokratis mengang- gap dirinya sebagai bagian dari kelompok nya dan
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang
terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka
seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,
pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang
berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan
ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan
pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan
arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul
dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan
adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang
bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di
antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia
ikur berkecimpung. Maman Ukas (1999;261-263)
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan
tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti
dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan
instruksi-instruksinya harus ditaati.
2. Demokratis, pemimpin yang demokratis mengang- gap dirinya sebagai bagian
dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggungjawab
tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap
kegiatan - kegiatan, perencanaan, penyeleng garaan, pengawasan dan penilaian.
Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan
diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya
untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia
hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut
campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu
tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan
demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya
bekerja bebas tanpa kekangan.
Berdasarkan dari pendapat
tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis,
demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam
berbagai macama organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan.
Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan
memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu
harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada
akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama
dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan
yang profesional. Gaya kepemimpinan yang ada dalam suatu kelompok atau
masyarakat tergantung pada situasi yang terdapat pada kelompok/ masyarakat
tersebut. Dalam situasi yang sangat menguntungkan atau sangat tidak
menguntungkan cenderung gaya kepemim pinannya bersifat otoriter. Pada situasi
dimana hubungan antara anggota dengan pemimpinnya sedang-sedang saja atau
anggota kelompok sangat dipentingkan maka gaya kepemimpinan lebih diarahkan
pada gaya kepemimpinan demokratis.
Faktor Yang
Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph
Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal
ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi
pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya
kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan. M. Ngalim Purwanto (1981)
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin
dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk
berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai
apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara
atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki
pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan
dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim
Purwanto, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana (executive)
2. Sebagai perencana (planner)
3. Sebagai seorangahli (expert)
4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group
representative)
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of
internal relationship)
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards
and punishments)
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group)
10. Pemegang tanggungjawab para anggota kelompok nya (surrogate for individual
responsibility)
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12. Bertindak sebagai seorang aya (father figure)
13. Sebagai kambing hitam (scape goat).
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu
kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga
bahwa pemimpin memiliki tugas yang diembannya, sebagaimana menurut M. Ngalim
Purwanto, sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan
yang benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana
yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin
memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan
tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan,membimbing, mempengaruhi dan
atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain. Untuk keberhasilan dalam pencapaian
suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami
akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan
peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja
yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam
mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
For yout correction, write your comment in here. Thank you.
(Tulislah komentar anda di sini untuk perbaikan. Terima kasih)